Kayaknya Aku Sedih
Balikpapan, 22 September . Jauh. Aku jauh. Jauh dari semua orang yang sering ku jadikan sandaran. Kini, aku bersandar pada diri sendiri. Pada keyakinan bahwa Tuhan masih mau mendengar keluhan dan tuntutan dari ku. Untuk kali pertama, tangis ku pecah. Bukan tangisan manja ingat bapak ibuk di rumah. Atau tangisan klise untuk cowok yang pernah ku kejar-kejar sampai aku terlihat seperti belati membelah dua potong apel yang telah disatukan, terlihat begitu kejam dan tak berperasaan, ataupun terlihat seperti masokis yang senang jika terluka. Bukan. Bukan itu. Aku hanya, teringat bagaimana aku mengatakan soal impian ku dengan lantang. Dan faktanya yang terjadi adalah, aku tertinggal. Dari para pencari mimpi yang selangkah lebih maju daripada aku untuk menggapai impian. Tiba-tiba, di otak ku hanya terpikir soal kegagalan kuliah tahun ini. Aku tidak tahu, apa rencana Tuhan yang sebenarnya. Aku tidak paham. Kenapa Tuhan memberi aku kehidupan sedemikian rupa? Kena...